Minggu, 04 April 2010

DEMOKRASI atau MATI



Tak hanya melarang Ahmadiyah,melarang buku-buku tertentu (seperti buku lekra tak membakar buku dll), kriminalisasi aktifis pergerakan (baik dengan tuduhan pencemaran nama baik, penghasutan dll), membuat perda-perda diksriminatif (seperti perda tibum ataupun perda-perda syariah),membatasi demonstrasi damai (melarang penggunaa sound sistem di Istana, melarang membawa atribut2 aksi tertentu; seperti kerbau), melarang penyelenggaran pertemuan kaum LGBT (lesbian, gay, bisexual, transexual), sekarang ibadah umat katolik yang dilarang


Masih banyak fakta-fakta seperti itu, yang pada intinya mempunyai tujuan yang sama : MENYEMPITKAN RUANG DEMOKRASI, yang telah berhasil dibuka oleh GERAKAN REFORMASI 1998.

Semua kita tentu bersepakat, bahwa jalan menuju sosialisme (sekaligus untuk mempertahankan sosialisme) adalah dengan demokrasi sepenuhnya, sehingga setiap ancaman terhadap demokrasi, sejatinya adalah ancaman terhadap perjuangan sosialisme, sehingga tugas kaum sosialis Indonesia hari ini, adalah sekuat-kuatnya memperjuangkan demokrasi (hingga demokrasi sejati, demokrasi proletariat)

Rezim SBY-Boediono dan seluruh kekuatan politik anti demokasi, beserta organisasi-organisasi massa sipil anti demokrasi, jelas tidak boleh dibiarkan, karena jika itu terjadi, maka satu persatu capaian demokrasi 1998 akan dihancurkan, dan kaum sosialis hanya menunggu waktu untuk diserang/dilarang (sebenarnya penyerangan terhadap kaum kiri di Jaman SBY-JK pernah terjadi, yaitu penyerangan terhadap PAPERNAS)

Oleh karena itu, dalam momentum MAY DAY 2010, kaum buruh dan rakyat miskin yang akan mengadakan pemogokan-pemogokan dan aksi-aksi massa, penting untuk mencantumkan DEMOKRASI sebagai salah satu tuntutannya, bukan hanya sebagai solidaritas kita terhadap mereka-mereka yang menjadi korban, tetapi karena kaum buruh dan rakyat miskin, membutuhkan demokrasi untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingannya (demokrasi hasil 1998, telah memudahkan kaum buruh dan rakyat miskin membangun organisasi-organisasi, membangun gagasan-gagasannya, membangun perlawanan-perlawanannya).

Seperti yang pernah disuarakan oleh kaum pergerakan radikal di Jaman Suharto, maka kini tiba saatnya kita mengatakan hal yang sama, DEMOKRASI atau MATI.

Dan kepada kaum minoritas, budayawan, sejarahawan : tak cukup lagi dengan mengeluh, tak cukup lagi dengan himbauan-himbauan, saatnya bersatu dengan berbagai kaum pergerakan, untuk bersama-sama melakukan aksi-aksi menuntut DEMOKRASI SEPENUH-PENUHNYA.

BACA ARSIP DI BLOG INI

Komite Persiapan Persatuan Pergerakan Buruh Indonesia

"GABUNGAN SOLIDARITAS PERJUANGAN BURUH, BEKASI"
" FORUM BURUH LINTAS PABRIK, JAKARTA "
"FNPBI-PRM MEDAN"
" SBBSU SUMATERA UTARA "
"FNPBI-PRM SURABAYA"
"FNPBI INDEPENDEN MOJOKERTO"
"SERIKAT BURUH GARUDA, SUMEDANG"
"FNPBI-PRM SAMARINDA"
"FNPBI-PRM BALIKPAPAN"
" FORUM SOLIDARITAS PERJUANGAN BURUH, BANDUNG "

KPRM-PRD

G S P B