Rabu (7 April 2010), sekitar 200 buruh yang tergabung dalam Komite Perjuangan Buruh Jabotabek tumpah ruah dalam rapat akbar bertemakan “Mimbar Demokrasi Buruh, 1 Mei: Bersatu Mogok Massal, Kepung Pusat Kekuasaan; Lawan Rejim Kapitalis SBY-Budiono dan DPR, Perdagangan Bebas (ACFTA< WTO, dll), UU Anti Rakyat (UU No.13/2003, dan rencana revisi UU No.13/2003, UU Migas, UU Kelistrikan, dll), Pencabutan Subsidi dan berikan jaminan sosial bagi seluruh rakyat. Rapat akbar itu sendiri diselenggarakan di halaman kantor LBH Jakarta. Dalam rapat akbar yang berlangsung dari pukul 13.00 WIB hingga 20.00 WIB tersebut, para perwakilan dari berbagai organisasi yang hadir, baik yang tergabung dalam KPBJ maupun yang belum bergabung, memberikan pidato politiknya secara bergantian. Selain itu, rapat akbar juga diselingi dengan berbagai pertunjukan budaya, baik teater, pembacaan puisi dan musik perjuangan.
Dalam pidato-pidato politik mereka, diserukan pada kaum buruh supaya bersatu dalam alat persatuan yang lebih luas. Tidak hanya persatuan di kalangan buruh sendiri, namun juga di luar buruh seperti tani, mahasiswa, kum miskin kota dan perempuan. Persatuan tersebut penting dalam merebut kekuasaan yang kini masih dipegang oleh rejim agen kapitalisme SBY-Budiono yang menghamba pada kepentingan pemilik modal.
Dalam pidato-pidato politik mereka, diserukan pada kaum buruh supaya bersatu dalam alat persatuan yang lebih luas. Tidak hanya persatuan di kalangan buruh sendiri, namun juga di luar buruh seperti tani, mahasiswa, kum miskin kota dan perempuan. Persatuan tersebut penting dalam merebut kekuasaan yang kini masih dipegang oleh rejim agen kapitalisme SBY-Budiono yang menghamba pada kepentingan pemilik modal.
Ketua Umum organisasi petani SEPETAK (Serikat Petani Karawang) bernama Deden menyerukan pentingnya persatuan dari kalangan buruh dan petani. Hal tersebut menurut Deden penting sebab baik buruh, tani maupun elemen rakyat lainnya memiliki musuh yang sama yakni kapitalisme dan agennya. Hal tersebut diperkuat oleh perwakilan dari APO (Aliansi Pekerja Outsourcing) yang menyatakan siap bersatu dan mengundang seluruh rakyat untuk bersama-sama dengan buruh JICT untuk memblokade pelabuhan Tanjung Priuk yang merupakan pintu strategis perekonomian Indonesia sebagai bentuk tekanan terhadap pemerintah.
Berbagai pidato politik tersebut mendapat sambutan meriah dari para peserta rapat akbar, tepuk tangan dan yel-yel mengiringi berjalannya rapat akbar. Hingga menjelang sore hari, langit mendung yang sudah dari siang meliputi langit Jakarta, berbuah menjadi hujan lebat. Tapi hal itu tak meredakan semangat mereka. Sementara menunggu hujan mereda, rapat akbar dipindahkan di dalam gedung LBH Jakarta. Pidato-podato politik pun dilanjutkan.
Sarinah, ketua Perempuan Mahardhika, dalam pidato politiknya menjelaskan bahwa persoalan rakyat hari ini adalah Kapitalisme yang menghisap tenaga kerja buruh dan menyababkan kemakmuran bagi segelintir orang. Kemiskinan yang dihasilkan oleh kapitalisme tak pelak lagi menyebabkan hancurnya tenaga produktif. Perempuan, terutama buruh perempuan, adalah pihak yang paling tertindas sebab selain ditindas oleh kapitalisme, perempuan juga ditindas oleh patriarki. Karenanya, perempuan harus dilibatkan sebanyak mungkin dalam perjuangan. Sempat pula disinggung oleh Sarinah, masih sedikitnya peserta perempuan yang terlibat dalam rapat akbar.
Sementara, Ken dari Persatuan Perjuangan Indonesia (PPI) menambahkan bahwa perjuangan rakyat hari ini tidak boleh berhenti pada persoalan ekonomis semata dan harus dilandaskan pada perjuangan politik. Maka, dalam melakukan perjuangan politik tersebut, ada kebutuhan bagi seluruh rakyat untuk membentuk persatuan. Ditambahkan pula oleh Jubir PPRM (Persatuan Politik Rakyat Miskin),Vivi Widyawati, persatuan rakyat harus diarahkan untuk menyerang lima musuh rakyat yakni Kapitalisme, rejim agen kapitalisme, sisa Orde Baru, MIliterisme dan milisi sipil reaksioner.
Rapat akbar tersebut dihadiri pula oleh Saleh, salah seorang mantan aktivis SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia).Dulu, menurut Saleh, negara Indonesia sudah anti Imperialis, lain dengan saat ini, ketika kekuasaan justru dipegang oleh kekuatan yang pro terhadap imperialis, karenanya perjuangan hari ini menjadi lebih berat.
Setelah hujan mereda, rapat akbar kemudian dilanjutkan dengan panggung budaya di halaman LBH Jakarta, yang diramaikan oleh Sebumi, The Union, dan beberapa kelompok music pembebasan lainnya. Ketika jarum jam menunjukkan angka 20.00 WIB, akhirnya rapat akbar ditutup dan akan dilanjutkan lagi dalam agenda-agenda perlawanan lainnya menuju May Day.
Hidup Buruh! Hidup Mahasiswa Progresif Revolusioner! Hidup Perempuan! Hidup Tani! Hidup Rakyat! Demikian semangat perlawanan digelorakan, dan lagu darah rakyat pun berkumandang mengakhiri rapat akbar itu.
Berita ini ditulis oleh Dian Septi Trisnanti
Aktivis KP-PPBI
Berbagai pidato politik tersebut mendapat sambutan meriah dari para peserta rapat akbar, tepuk tangan dan yel-yel mengiringi berjalannya rapat akbar. Hingga menjelang sore hari, langit mendung yang sudah dari siang meliputi langit Jakarta, berbuah menjadi hujan lebat. Tapi hal itu tak meredakan semangat mereka. Sementara menunggu hujan mereda, rapat akbar dipindahkan di dalam gedung LBH Jakarta. Pidato-podato politik pun dilanjutkan.
Sarinah, ketua Perempuan Mahardhika, dalam pidato politiknya menjelaskan bahwa persoalan rakyat hari ini adalah Kapitalisme yang menghisap tenaga kerja buruh dan menyababkan kemakmuran bagi segelintir orang. Kemiskinan yang dihasilkan oleh kapitalisme tak pelak lagi menyebabkan hancurnya tenaga produktif. Perempuan, terutama buruh perempuan, adalah pihak yang paling tertindas sebab selain ditindas oleh kapitalisme, perempuan juga ditindas oleh patriarki. Karenanya, perempuan harus dilibatkan sebanyak mungkin dalam perjuangan. Sempat pula disinggung oleh Sarinah, masih sedikitnya peserta perempuan yang terlibat dalam rapat akbar.
Sementara, Ken dari Persatuan Perjuangan Indonesia (PPI) menambahkan bahwa perjuangan rakyat hari ini tidak boleh berhenti pada persoalan ekonomis semata dan harus dilandaskan pada perjuangan politik. Maka, dalam melakukan perjuangan politik tersebut, ada kebutuhan bagi seluruh rakyat untuk membentuk persatuan. Ditambahkan pula oleh Jubir PPRM (Persatuan Politik Rakyat Miskin),Vivi Widyawati, persatuan rakyat harus diarahkan untuk menyerang lima musuh rakyat yakni Kapitalisme, rejim agen kapitalisme, sisa Orde Baru, MIliterisme dan milisi sipil reaksioner.
Rapat akbar tersebut dihadiri pula oleh Saleh, salah seorang mantan aktivis SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia).Dulu, menurut Saleh, negara Indonesia sudah anti Imperialis, lain dengan saat ini, ketika kekuasaan justru dipegang oleh kekuatan yang pro terhadap imperialis, karenanya perjuangan hari ini menjadi lebih berat.
Setelah hujan mereda, rapat akbar kemudian dilanjutkan dengan panggung budaya di halaman LBH Jakarta, yang diramaikan oleh Sebumi, The Union, dan beberapa kelompok music pembebasan lainnya. Ketika jarum jam menunjukkan angka 20.00 WIB, akhirnya rapat akbar ditutup dan akan dilanjutkan lagi dalam agenda-agenda perlawanan lainnya menuju May Day.
Hidup Buruh! Hidup Mahasiswa Progresif Revolusioner! Hidup Perempuan! Hidup Tani! Hidup Rakyat! Demikian semangat perlawanan digelorakan, dan lagu darah rakyat pun berkumandang mengakhiri rapat akbar itu.
Berita ini ditulis oleh Dian Septi Trisnanti
Aktivis KP-PPBI
|