Sabtu, 27 November 2010

BURUH KBN CAKUNG MOGOK TOTAL, PROSES PRODUKSI LUMPUH



“Dobrak pabrik! Keluarkan semua buruh, ajak bergabung!” Teriakan-teriakan itu membahana di seluruh Kawasan Berikat Nusantara Cakung, Jakarta Utara. Puluhan ribu buruh tumpah ruah di ruas-ruas jalan di dalam KBN Cakung. Kemarahan membuncah, ketakutan tiba-tiba tenggelam seiring dengan semakin membludaknya massa buruh yang segera keluar dari pabriknya masing-masing.
Pagi itu, tepat pukul 06.30 WIB, Kamis, 25 November 2010 gerbang belakang KBN Cakung ditutup. Penutupan gerbang belakang KBN Cakung tersebut tidak serta merta terjadi. Sekitar pukul 06.00 pagi, baru terdapat 20 buruh anggota serikat-serikat buruh di KBN Cakung yang berkumpul di gerbang belakang KBN. Setelah mengumpulkan keberanian, ke dua puluh buruh tersebut berani menutup gerbang belakang KBN secara bersama-sama. Belasan ribu buruh pun terjebak di luar. Awalnya, buruh-buruh di luar gerbang bahkan sempat meloncati pagar kawat di samping gerbang KBN Cakung agar bisa tetap masuk kerja. Akan tetapi, setelah beberapa aktivis serikat buruh berorasi dan menjelaskan kepada buruh bahwa pemblokiran KBN dilakukan untuk melibatkan kawan-kawan buruh dalam perjuangan menuntut upah layak sesuai KHL (UMP DKI hanya ditetapkan sebesar Rp 1.196.269 padahal KHL ditetapkan Rp 1.400.000), buruh-buruh di luar berhenti meloncati gerbang. Selama 2,5 jam gerbang belakang KBN Cakung ditutup dan selama itu pula beberapa aktivis buruh berorasi di atas tembok gerbang belakang KBN. Hingga pukul 09.00 WIB, pintu gerbang belakang KBN Cakung dibuka dan belasan buruh tersebut berhamburan masuk ke dalam kawasan KBN Cakung untuk melakukan sweeping terhadap pabrik-pabrik yang masih beroperasi. Sementara di pintu gerbang depan KBN Cakung, ratusan buruh menghadang mobil-mobil angkutan yang ditumpangi buruh dan menurunkan buruh-buruh di dalam mobil angkutan. Dengan dipimpin oleh mobil komando, ratusan buruh siap menghadang mobil angkutan yang membawa buruh masuk kerja.

Sambil meneriakkan yel yel “Buruh Bersatu tak bisa dikalahkan” belasan buruh mendatangi satu demi satu pabrik yang masih beroperasi. Beberapa buruh yang berada dalam rombongan massa aksi menerima sms dari kawan-kawan mereka di dalam pabrik supaya menggedor pabrik mereka karena pihak pengusaha mengunci pintu pabrik, mematikan mesin dan lampu, bahkan menyekap mereka dalam gudang. Semua itu dilakukan pengusaha agar para buruh yang sedang bekerja di dalam pabrik tidak bisa keluar pabrik untuk terlibat dalam aksi. SMS atau pesan singkat dari kawan-kawan buruh di dalam pabrik yang meminta pabriknya digedor supaya mereka bisa keluar membuat massa aksi buruh semakin bersemangat. Belasan massa buruh mendatangi satu demi satu pabrik yang masih beroperasi tersebut dan berhadap-hadapan dengan satpam perusahaan, bahkan dengan pengusaha. Pengusaha maupun satpam perusahaan ada yang ngotot bahwa buruh harus tetap bekerja. Ada pula yang menyatakan bahwa buruh sudah keluar semua untuk turut serta dalam aksi. Akan tetapi, sebagian massa buruh yang menerima pesan singkat dari kawan-kawan mereka di dalam pabrik, mengetahui bahwa ucapan para pengusaha dan satpam perusahaan adalah bohong belaka. Perdebatan antara buruh dan pengusaha berjalan alot sehingga massa buruh mulai merangsek maju dan siap merobohkan pagar pabrik. Beberapa massa buruh kemudian melempari batu ke arah pabrik, agar buruh yang disekap di dalam bisa keluar. Akhirnya para pengusaha menyerah dan mengijinkan buruh-buruhnya keluar. Euforia kegembiraan membuat buruh semakin bersemangat. Puluhan ribu buruh pun bertambah banyak yang tumpah ruah ke jalan, sambil meneriakkan yel-yel. Perlu diketahui, setelah para buruh berhasil keluar, sesaat kemudian pihak pengusaha memanggil lagi para buruhnya untuk bekerja karena hari itu (Kamis) adalah hari ekspor sehingga target produksi mencapai puncaknya. Akan tetapi para pengusaha tersebut tidak mengira bahwa gelombang massa aksi dari pintu gerbang depan KBN bersama mobil komando melakukan sweeping ke dua. Akibatnya, para buruh tetap berhasil digiring keluar pabrik.


Setelah sweeping selesai dilakukan, puluhan ribu massa aksi yang dipimpin oleh mobil komando bergerak di luar KBN Cakung untuk menghadang container yang hendak melakukan ekspor dan menutup ruas jalan Cakung-Cilincing. Ruas jalan Cakung – Cilincing adalah jalur utama distribusi barang produksi ekspor sehingga bisa dipastikan, kemacetan ruas jalan utama ini pasti menimbulkan kerugian amat besar bagi buruh dan pemerintah DKI. Puluhan ribu massa aksi yang berkumpul di depan KBN Cakung kemudian melakukan rapat akbar. Secara bergantian, pimpinan-pimpinan serikat buruh melakukan orasi-orasinya. Dian Septi Trisnanti dari Forum Buruh Lintas Pabrik – Persatuan Pergerakan Buruh Indonesia (FBLP-PPBI) dalam orasinya menyatakan bahwa persatuan kekuatan buruh telah terbukti mampu memogokkan KBN sehingga proses produksi pun lumpuh. Persatuan buruh yang tergabung dalam Forum Buruh DKI terbukti mampu menyatukan kekuatan puluhan ribu buruh KBN dalam perjuangan menuntut upah layak sesuai KHL. Kepada massa buruh, Dian menyatakan, selayaknya Fauzi Bowo sebagai Gubernur DKI, diturunkan. Buruh tidak boleh lagi percaya pada Fauzi Bowo maupun SBY-Budiono dan elit-elit politik lainnya. SBY-Budiono, Fauzi Bowo dan elit-elit politik lainnya tidak bisa lagi dipercaya karena terbukti berbohong pada rakyat dan menghasilkan kebijakan yang tak berpihak pada buruh. Sementara, Herry Hermawan, Sekjend SP LEM SPSI (Serikat Pekerja Logam, Elektronik, dan Mesin Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) dalam orasinya menyatakan bahwa UMP DKI yang dihasilkan oleh Dewan Pengupahan sebesar Rp 1.196.269 sama sekali tidak layak dan jauh dari upah sesuai KHL (Kebutuhan Hidup Layak) sebesar Rp 1.400.000,00. Karena itulah, Forum Buruh DKI menggalang pemogokan total KBN Cakung, Gubernur DKI, Fauzi Bowo berpikir ulang untuk menetapkan UMP DKI di bawah KHL. Dalam aksi tersebut, Perempuan Mahardhika, salah satu organisasi perempuan nasional, turut serta dalam aski untuk memberikan solidaritas. Dian Novita, membacakan puisi “BENAR” karya Andi Munajat dan berorasi. Dalam orasinya, Dian Novita menyampaikan bahwa buruh perempuan mengalami ketertindasan ganda. Selain ditindas oleh kapitalisme, buruh perempuan juga ditindas oleh budaya Patriarki yang menomor duakan perempuan. Banyak pengusaha yang mempekerjakan perempuan karena perempuan dianggap lemah, penurut dan bisa diatur. Sejak dari sekarang, lanjut Dian Novita, perempuan buruh harus terlibat dalam perjuangan hak-hak buruh, turut serta memimpin perjuangan.
Secara bergantian, aktivis-aktivis buruh berorasi, termasuk aktivis buruh dari luar KBN Cakung. Hal ini menandakan bahwa serikat-serikat buruh di tempat lain siap memberikan solidaritas. Buruh mulai belajar bahwa solidaritas dari buruh lain maupun elemen rakyat lain adalah penting sebab persatuan gerakan rakyat adalah kunci utama kemenangan rakyat. Saat jarum jam menunjukkan angka 3 sore, rapat akbar ditutup. Akan tetapi seusai aksi tersebut, FORUM BURUH DKI menunda pelaksanaan aksi pemogokan yang akan dilakukan keesokan harinya (Jum’at 25 November 2010). Langkah ini diambil untuk memulihkan energi massa buruh, sekaligus menunggu respon dari pemerintah DKI terkait penetapan UMP. Rencananya apa bila tuntutan tidak terpenuhi, maka buruh akan kembali melakukan pemogokan dan aksi massa yang lebih besar dengan melibatkan serikat-serikat buruh lainnya di luar KBN Cakung.

Keesokan harinya setelah aksi pemogokan total KBN Cakung, pemerintah DKI mengumumkan UMP hanya sebesar Rp 1.290.000,00. Angka tersebut tidak sesuai dengan tuntutan buruh yakni sebesar Rp 1.400.000,00 atau 100% KHL. Dengan demikian, tidak ada jalan lain, kecuali buruh bersatu untuk kembali menggaungkan tuntutannya, upah 100% KHL.

Oleh Dian Septi Trisnanti
Forum Buruh Lintas Pabrik – PPBI

BACA ARSIP DI BLOG INI

Komite Persiapan Persatuan Pergerakan Buruh Indonesia

"GABUNGAN SOLIDARITAS PERJUANGAN BURUH, BEKASI"
" FORUM BURUH LINTAS PABRIK, JAKARTA "
"FNPBI-PRM MEDAN"
" SBBSU SUMATERA UTARA "
"FNPBI-PRM SURABAYA"
"FNPBI INDEPENDEN MOJOKERTO"
"SERIKAT BURUH GARUDA, SUMEDANG"
"FNPBI-PRM SAMARINDA"
"FNPBI-PRM BALIKPAPAN"
" FORUM SOLIDARITAS PERJUANGAN BURUH, BANDUNG "

KPRM-PRD

G S P B